Sabana Sore

Sore itu, adalah kita yang tak pernah mengira sebuah perpisahan. Rerumputan yang menghijau dan batu kerikil sepanjang jalan. Pandangan luas akan masa depan dan tidak ada ketakutan untuk tidak bersama. Kita adalah bukit yang menjulang di tengah sabana atau cekungan air selepas hujan dan tempat berkumpulnya hewan melepas dahaga.

Sejak saat itu, sore adalah hal yang paling sendu di antara 24 jam berputarnya waktu. Kamu melepaskan segala hal yang telah kita sepakati, menganggap bahwa hitungan tahun kebersamaan adalah sebuah perjalanan yang boleh tidak searah atau tiba-tiba berbalik dan meninggalkan satu sama lain.

Akankah sore menjanjikan kebahagiaan untuk sementara waktu, sedangkan kamu secara sepihak menyebut bahwa yang paling indah adalah malam hari dengan kesunyiannya sedang pagi harinya hatimu sudah berubah memilih orang selain aku.

Di padang sabana ini, rerumputan mengering melambai angin yang parau dan senja yang menikam perasaan ingin bersama, sementara bebukitan tak nampak berganti pandang luas kehampaan dan menyisakan kepiluan.

Akulah kini pejalan pelan menyusuri setiap tapak yang telah kita buat dan perlahan menghapus agar tak ada lagi kepiluan mengingat bahwa kita pernah berdiri di sini sebagai sepasang burung yang ingin terbang bebas menjelajah luasnya alam bersama.

Aku, berjalan sendiri.

Leave a comment

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close