Menuju 1/4 Waktu

“Berdirilah, kamu bukan lagi anak kecil!”

Serumu sebelum aku berdiri lalu memeluk keheningan, ini adalah kesekian kalinya aku bergelut dengan ketidakjelasan masa-rasa. Ia (sosok yang entah) kembali memenuhi kepalaku, sekian tersorak hatiku dalam perayaan kecil setelah sekian waktu tenggelam dalam kesuraman. Bunga taman hatiku sedikit merekah, mulai mewarna merambat ke sekitarnya dan entah apakah dapat merata atau kembali melayu sebab kekecewaan.

Menginjak usia 25, harus disadari banyak hal mulai perlu disadari (melihat dengan realita) bahwa tak semua yang kita inginkan atau sukai akan kita dapatkan. Kadang kita hanya perlu merangkainya dalam batin lalu menunggu perwujudannya dari Tuhan, apakah hal itu cukup baik untuk kita atau tidak. Setidaknya kita sudah jujur pada Tuhan bahwa kita menginginkan beberapa hal dan itu terserah Ia akan mengabulkannya atau tidak.

Muncul-tenggelam, rasa. Sepengalamanku itu adalah hal yang biasa. Lantas menggenjot diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik, setidaknya lebih baik dari kemaren. Tak muluk-muluk pada angan, membumi kata orang. Menyadari asal, menyadari kemampuan. Ingin sesuatu yang besar harus dimulai dengan hal kecil yang berkelanjutan dan berkemajuan. Toh, bukan kita penentu segala keputusan. Mau dimulai kapan jika enggan sekarang? Berani menunda maka berani menyadari keterlambatan atau keterhambatan. Tak apa, yang penting harus berani memulai dengan konsekuensi yang jelas.

Kembali lagi, aku bersyukur hari-hariku bisa dilalui dengan bersyukur.

Secercah dirimu.

Leave a comment

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close